
Tragedi kisruh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Kepolisian RI dan Kejaksaan Agung RI, terkait kasus korupsi Anggoro Wijaya Dirut PT. Masaro Radiokom, yang kini menyeret sejumlah nama petinggi Polri dan Kejaksaan Agung, telah menjadi keprihatinan nasional. Rakyat kecewa ketika mengetahui ternyata aparat penegak hukum 'bermain' dengan mereka yang bermasalah secara hukum.
Realitas keterlibatan sejumlah petinggi Polri dan Kejagung terkait kasus korupsi Anggoro, meski masih dalam proses hukum yang ditangani oleh Mabes Polri, telah menjadi keterkejutan nasional, seakan opini publik menyatakan bahwa sudah sedemikian bobrok generasi bangsa ini.
Kita bila sekedar melihat dari persoalan penanganan korupsi belakangan ini, memang pantas kecewa dan prihatin, tetapi hari ini terjadi suatu unjuk kemampuan yang dapat membangkitkan kembali semangat terhadap generasi bangsa. Bila kita prihatin dan kecewa dengan generasi korupsi, maka terhadap apa yang dilakukan oleh Sekolah BPK Penabur Jakarta dengan menggelar Robotic National Competition di CityWalk Sudirman Jakarta, sejak tanggal 6 hingga 7 November 2009, kita tentu bangga dan kagum melihat begitu gegap gempitanya ratusan siswa sekolah dari tingkat SD hingga SMA, berkompetisi robot ciptaannya. Mereka adalah generasi jenius yang sepertinya tidak terpengaruh dengan realitas generasi korupsi.
Dapatkah kita mengawal generasi jenius tersebut agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga tidak menjadi penerus generasi korupsi? Inilah yang sekarang seharusnya menjadi konsen kita bersama. Mari amankan generasi jenius dari pengaruh generasi korupsi. (DPT)
