Skip to content Skip to navigation

BILANGAN RESEARCH CENTER GELAR SEMINAR ONSITE BAHAS HASIL SURVEY CHURCH LEADERSHIP, BANYAK TEMUAN MENARIK

Gerejani Dot Com Bilangan Research Center (BRC) mengadakan seminar onsite kali pertama selama hampir tiga tahun pandemi Covid-19, yakni pada 17 Mei 2023 bertempat di Kalam Kudus Center APL Tower Central Park Jakarta Barat. Seminar membahas hasil survey "Church Leadership", dengan topik “Mindset, Dimension, and Regeneration”, membicarakan hasil temuan Church Leadership Survey yang dilakukan pada periode Januari – April 2022 terhadap 1053 responden Hamba-hamba Tuhan, dan Majelis Jemaat/Penatua di 7 wilayah : Jabodetabek, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali Nusra, Maluku-Papua.

Seminar Hasil survey BRC bertajuk "Church Leadership Survey : Mindset, Dimension, and Regeneration" dibahas oleh Pdt. (Em) Robby I. Chandra, D.Min (Pendeta Emeritus Gereja Kristen Indonesia, Pembina BRC), Bambang Pudjianto, Ph.D (Ketua Pembina BRC, Sekjen Asia Evangelical Alliance), Deddi Tedjakumara, Ph.D (Board BRC, CEO Prasetiya Mulya Executive Learning Institute), dengan pengantar seminar oleh Ketua BRC Handi Irawan. Terdapat sejumlah fakta temuan menarik yang perlu menjadi perhatian para pemimpin gereja.

Pada pengantar seminar, Handi Irawan mengemukakan bahwa melalui hasil survey BRC akan terlihat, apakah size gereja mempengaruhi leadership dan outcome nya? Apakah gereja kecil dan gereja besar hasilnya berbeda? Demikian juga dengan profil pribadi, usianya, gendernya, edukasinya, dan sebagainya.

Handi menyebutkan bahwa survey menampilkan 3 P, yakni power sourceprocess, dan performance, pada pembahasan lebih lanjut disampaikan oleh Pdt. Emeritus Robby I. Chandra, D.Min yang akan menyampaikan tentang power source yang terbagi dalam personal dan mindset.

Pembahasan Robby Chandra juga akan menyampaikan tentang metafora kepemimpinan, diantaranya apakah seorang dirigen yang baik, tour guide yang baik, seperti panglima perang, ataukah seorang petani.

Kemudian lanjut sesi Bambang Budijanto, Ph.D yang akan mengupas tentang proses, seperti leading up, leading base, leading down, dibagi beberapa subdimensinya, misal leading with care, leading with courage, master communication, dan empowerment.

Pada sesi akhir dibawakan Deddi Tedjakumara, Ph.D CEO Prasetiya Mulya, yakni tentang performance meliputi outcome dan impact dikaitkan dengan hal regenerasi/suksesi kepemimpinan, demikian arahan Handi Irawan dalam pengantar seminar.

Robby Chandra menyampaikan bahwa metafora merupakan salah satu bahasan penting dalam power source leader, kita akan melihat kepemimpinan dalam pelaksanaan tugasnya, penghayatannya, dan sebagainya, banyak terkait dengan fokus kepemimpinan atau pelaksanaan dari kepemimpinan yang diberlakukan.

“Metafora dan pelaksanaan kepemimpinan akan menentukan kepemimpinannya, dan itu akan berimbas daripada outputnya, yaitu bagaimana memilih tim pelayananan dan jemaat, macam-macam hal, bagaimana menolong orang, menavigasikan organisasi dengan berpikir strategik, ini akan diwarnai banyak hal, juga bagaiamana hal pemenuhan panggilan Tuhan terjadi” demikian disampaikan Robby.

Fokus yang paling terlihat dari kepemimpinan di gereja responden, demikian pertanyaan survey, mendapat respon sebanyak 25,4% yakni memotivasi dan menggerakkan orang-orang pada satu tujuan, sementara yang paling kecil terlihat hanya 8% ialah membuat gagasan dan inisiatif baru dan kreatif.

Metafora penting dibicarakan dalam hal kepemimpinan, karena kepemimpinan mempunyai konsep dan praktik yang kompleks, lebih dari 800 definisi kepemimpinan. Ada seorang pakar Harvard mengatakan untuk lebih memahami kepemimpinan gunakan metafora.

Robby menjelaskan bahwa metafora kepemimpinan ada banyak, yang paling populer ada yang menggambarkan sebagai Kapten Kapal menentukan arah dan kecepatan, ada yang menggambarkan sebagai Coach menentukan standar kinerja dan melatih mengembangkan orang mencapai tujuan, ada juga yang menggambarkan sebagai Dirigen membangun sinergi dan ritme bersama walaupun anak buahnya berbeda-beda, ada juga Pemandu Wisata membuat orang menikmati relasi dan mau belajar dari pengalaman bersama, ada juga akhir-akhir ini yang menyebut Petani yakni penumbuh kapasitas sesuai dengan anak buahnya, jadi bukan membentuk, tapi menumbuhkan, lalu ada juga Panglima Perang sebagai pusat komando.

Dari sekian banyak metafora tersebut, metafora mana yang paling banyak nyata dipraktekan dalam kepemimpinan gereja, jawabannya Coach sebanyak 39,3%, Panglima Perang 5,8%.

“Tapi yang menarik menurut saya, Coach itu tadi adalah menentukan standar kinerja dan pelatihan, sementara tugas paling penting dari pemimpin adalah mengembangkan orang yang ada bersamanya, yaitu mengenali potensi atau talenta tiap-tiap pribadi, mengembangkannya dan mengajak menentukan arah, serta memilih cara mencapainya” tandas Robby.

Sementara mengenai pilihan paling banyak tentang fokus kepemimpinan, adalah pemimpin kami memotivasi dan menggerakkan orang-orang pada satu tujuan, tapi cara yang paling banyak dipilih adalah cara Panglima Perang 29,5%, cara Petani 29,1%, “Ini kita bagaimana menyimpulkannya ya? Ternyata cara yang paling banyak dipilih secara paksa model Panglima Perang” ujar Robby.

Ringkasan hasil survey sesi yang dibawakan Robby, pertama fokus yang terlihat dari praktik kepemimpinan digereja adalah memotivasi dan menggerakkan orang pada satu tujuan sebesar 25,4%, fokus yang paling sedikit terlihat adalah melakukan prakarsa baru, membuat gagasan baru, inisiatif baru, kreatifitas baru hanya 8%. Kemudian metafora yang terbanyak terlihat adalah Coach 39,5%, dan Petani juga besar, berikutnya fokus yang diperlihatkan dalam kepemimpinan gereja, dalam memotivasi menggerakkan orang, nyatanya dipersepsi dengan pemimpin mempraktekan metafor Panglima Perang dan Petani, jadi orang memikirkan pemimpin menggerakkan orang dengan tangan besi.

Kemudian gereja yang pemimpinnya memiliki fokus menghasilkan pemimpin baru, memiliki skor tertinggi dalam memimpin tim pelayanan, memotivasi organisasi, dan menggerakkan orang pada pelayanan kepada Tuhan.

Kemudian Bambang Budijanto, tokoh yang berkecimpung dalam bidang training kepemimpinan, membahas tentang leading people yang terbagi dari leading up (relasi terhadap level diatas kita), leading peers (relasi terhadap satu level dengan kita), dan leading down (relasi terhadap level dibawah kita), juga membahas strategic thinking, ada 7 aspek memimpin organisasi, jadi pembahasan bersifat dua sisi, yakni satu sisi memimpin orang, satu sisi lain memimpin organisasi.

“Kita akan bahas tiga yang tertinggi dan tiga yang terendah, faktor apa yang dapat menolong mereka merubah meningkatkan menjadi lebih baik” ujar Bambang.

Ada 10 kualitas kepemimpinan yang semua berhubungan dengan relationship, orang berkata bahwa kalau ada pemimpin gagal, 90% kemungkinannya gagal dalam relationship, dikatakan Bambang.

“Tiga skor tertinggi hasil survey yang pertama modelling humility 43,3%, lalu master communication, kemudian ketiga leading with courage. Selain itu ada 3 yang paling lemah, yakni paling lemah soal empowerment 20,2%, lalu terendah kedua leading peers, memimpin teman-teman satu level. Ketiga terendah yakni inovasi” lanjut Bambang.

Dalam hal menentukan majelis jemaat, ada dua yang paling menonjol yakni : yang dipilih langsung dari atas (sinode), dan yang kedua adalah total demokrasi, yakni jemaat memilih dan memutuskan.

Mentorship mempunyai bobot tinggi dalam kesiapan regenerasi, yang mempunyai mentor memiliki kualitas lebih bagus dari yang tidak mempunyai mentor.

Bambang menyebutkan terkait hal pendidikan teologia, ada 4 variabel yakni bergelar Doktor, Master, Sarjana, dan Tidak ada pendidikan teologi terstruktur formal.

“Mereka gembala/pemimpin yang Doktor hampir disemua sektor paling tinggi, sementara yang bergelas Master selalu skornya rendah, lebih rendah dari yang Sarjana. Dalam konteks leading up, hamba-hamba Tuhan yang non gelar teologi, mempunyai skor paling tinggi, mereka kebanyakan para pebisnis/profesional, jadi kemungkinan dengan background profesi, mereka lebih related dengan jajaran diatasnya (sinode, dsb)” jelas Bambang.

Terkait mobilisasi jemaat, kembali mereka yang non teologia memiliki skor tertinggi, lalu dengan hal mempersiapkan pemimpin mendatang (regenerasi), ternyata mereka yang non teologi mendapatkan skor tertinggi.

Faktor enterpreneurship mempunyai pengaruh tinggi untuk kemajuan gereja, mereka yang merintis jemaatnya memiliki skor jauh lebih tinggi dari mereka yang meneruskan jemaat yang ada. Jiwa enterpreneurship didalam diri hamba Tuhan, berpengaruh terhadap kualitas kepemimpinannya.

“Mengenai pelatihan kepemimpinan, soal leading peers, kalau pelatihan hanya 1x 2x tidak ada gunanya, untuk level leading peers minimal 5x pelatihan, dalam hal empowerment pun sama, bila hanya 1x 2x pelatihan tidak berdampak terhadap empowerment, demikian juga terkait dengan inovasi” tandas Bambang.

Sementara Deddi Tedjakumara yang belum lama ini berhasil meraih Doktor, mengupas regenerasi sebagai isu yang relevan dengan kepemimpinan, apakah gereja-gereja atau pemimpin-pemimpin gereja saat ini, menghadapi masalah regenerasi? Survey yang dilakukan BRC adalah bersifat self perception.

Disampaikan Deddi, untuk cakupan wilayah Jabodetabek, Jawa dan Sumatera dibandingkan dengan wilayah lain, lebih banyak yang mengalami kesulitan regenerasi, hal ini mungkin dikarenakan faktor keberagaman (diversity) yang cukup tinggi). Sementara bagi gereja yang size nya besar, tampak kesulitan regenerasinya lebih tinggi.

Bagaimana dengan kualitas regenerasinya? Sekitar 80% rata-rata hasil suvey mengatakan memiliki pemimpin lebih baik hasil regenerasi, jelas Deddi lebih lanjut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan regenerasi : inovasi; mereka yang tidak berinovasi, tingkat kesulitan regenerasinya tinggi,  kemudian encouraging; ada pola yang sama dengan inovasi, yakni pemimpin yang memiliki kemampuan meng encourage, akan memiliki peluang mengalami kemudahan dalam regenerasi. Hal empowerment juga sama, walaupun tidak setajam inovasi hasilnya. Leading with courage tidak begitu tajam hasil inovasi, demikian juga Motivasi. Mereka yang mempunyai motivator, peluang lebih besar melakukan regenerasi, sama halnya juga dengan Strategic Thinking.

Untuk lebih lengkap dan jelas mengenai hasil Church Leadership Survey, ataupun seminar onsite dimaksud, dapat menghubungi Bilangan Research Center, Phone 021-4526477, WA 081398892237, email : brcoffice@bilanganresearch.com. (SAR)

Share

Advertorial

Advertisement